Geria, Anak Agung Gde Alit (2019) KONSERVASI LONTAR. In: Prosiding Konferensi Nasional Sastra, Bahasa dan Budaya. Jayapangus Press, pp. 61-68. ISBN 978-623-7112-23-5
|
Text
327-Article Text-629-1-10-20191216(1).pdf - Published Version Download (497kB) | Preview |
Abstract
Bali adalah gudang penyimpanan lontar atau identik dengan filologi alam. Sejak adanya budaya lontar, Bali telah aktif dalam produksi lontar, yakni dari mengelola rontal siap tulis hingga lontar siap baca. Menyalin ke rontal baru terus dilakukan hingga kini. Betapa tinggi loyalitas orang Bali terhadap budaya lontar yang sarat akan pelbagai ajaran adiluhung dan segala aspek kehidupan keseharian. Namun, usaha untuk perawatan atau konservasi secara fisik belum dilakukan secara maksimal. Dilakukan setiap enam bulan, ketika pekan Saraswati tiba. Kegiatan membaca lontar atau ngalembar, secara tidak disadari telah melakukan konservasi terhadap fisik lontar, walau sifatnya sangat sederhana. Tradisi budaya tulis menulis di atas rontal di Bali telah berlangsung sejak zaman silam. Ribuan lontar di Bali, ditulis di atas daun tal dengan sistem pemeliharaan yang sangat sederhana sebelum mendapat sentuhan teori filologi dan kodikologi. Sejumlah teks lontar menyebut istilah tal atau rontal sebagai bahan tulis ampuh dan tahan lama. Dalam perspektif budaya dan masyarakat Bali sastra (baca: lontar) lebih dipandang sebagai suatu yang suci, arkais, dan sakral-religius. Dengan kata lain, seorang yang akan menggeluti dunia lontar, dituntut memiliki pengetahuan moral-spritual dan religius yang memadai serta harus disucikan secara lahir batin. Banyak lontar telah berusia tua dalam kondisi yang memprihatinkan, seperti pelapukan, berlubang-lubang, retak-retak, patah- patah, sisi tidak merata, dan sebagainya. Karenanya, usaha penyelamatan warisan lontar seperti itu sangat perlu dilakukan konservasi. Kegiatan ini menitikberatkan pada pembersihan secara fisik, reparasi, restorasi, penataan, dan penyimpanan. Pekerjaan ini mesti dilakukan dengan tekun, hati-hati serta membutuhkan pengalaman dan latihan yang intensif. Seorang konservator mesti berjiwa besar, seni, berperasaan halus, paham akan estetika, dan memiliki loyalitas tinggi terhadap warisan budaya bangsa.
Item Type: | Book Section |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | lontar, sakral-religius, konservasi, restorasi, adiluhung |
Subjects: | P Language and Literature > PN Literature (General) |
Divisions: | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah |
Depositing User: | Rees Jati Prakasa |
Date Deposited: | 15 Aug 2020 04:54 |
Last Modified: | 15 Aug 2020 04:54 |
URI: | http://repo.mahadewa.ac.id/id/eprint/1248 |
Actions (login required)
View Item |